Definisi Teori Belajar Kognitivisme
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:Prinsip-Prinsip Konsep Belajar Kognitivisme
- enactive, dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek;iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar; dan
- symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan dalam
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah
- mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik;
- memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial;
- mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu;
- menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari,
- memakai advance organizers;
- mengajar peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
- Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
- Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana;
- Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
- Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
Peranan Model Kognitivisme dalam PembelajaranPerubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.
Belajar : Belajar kognitif
Karakteristik Teori :
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
Belajar : Kognitif Bruner
Karakteristik Teori :Langkah penerapan dalam pembelajaran :
- Menentukan tujuan-tujuan instruksional
- Memilih materi pelajaran
- Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
- Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
- Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
- Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Belajar : Bermakna Ausubel
Karakteristik Teori :
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :Teori Perkembangan Model Kognitivisme
- Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
- Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.
- Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
- Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
- Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
- Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
- Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
- Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Berpijak pada tiga teori belajar seperti dijelaskan di atas, maka dalam pengembangan model pembelajaran harus selaras dengan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku. Untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang berpusat pada masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Teori Belajar Gestalt
Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt
Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
- Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya.
- Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
- Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
- Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
- Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
- Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
- Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
- Realisasi adanya masalah. Jadi harus memehami apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan.
- Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
- Menilai dan mencobakan usah pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang diperoleh.
- Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal itu.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori Behavioristik:
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha–usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S ---> R ---> S1 ---> R1 dst.
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja enyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskanPrinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis(Suryobroto, 1984).
Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:
a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude).
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun psikomotornya.
c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element).
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif).
d. Hukum Respon by Analogy.
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.
e. Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :
1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.
2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.
4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.
Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaiyu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang lain. Perkembangan teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap kucing dengan problem box-nya.
B. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-jhari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lai adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
C. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
D. Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
E. Albert Bandura (1925-masih hidup).
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3. Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku.
Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
9. Standard IEEE 802.12
IEEE 802.12 yang mempunyai kesempatan 100 MB persekon sesuai dengan proposal yang dipromosikan oleh AT&T, IBM, Hewlett-Packard yang biasa disebut 100 Mg anylan. Jaringan ini menggunakan topologi dasar star wiring dan sebuah metode akses yang mempunyai anggapan dasar bahwa sebuah alat memberikan pada jaringan Hub ketika mereka membutuhkan pengiriman data. Alat ini bisa mengirimkan data jika mendapat ijin dari Hub . Standar ini dipakai untuk mendukung jaringan berkecepatan tinggi yang bisa dioperasikan dalam gabungan ethernet dan lingkungan token ring dengan mendukung kedua buah jenis frame.
10. IEEE 1900
Awal Februari ini, IEEE Standard Association telah mengesahkan standar wireless IEEE 1900.4™, yaitu “Standard for Architectural Building Blocks Enabling Network-Device Distributed Decision Making for Optimized Radio Resource Usage in Heterogeneous Wireless Access Networks.” Standar ini menata pengelolaan resource pada blok-blok network dan perangkat wireless, serta informasi antar blok. paul Houzé, Ketua Kelompok Kerja IEEE 1900.4 melontarkan bahwa pada konteks network wireless ke depan, berbagai jenis akses radio (2G, 3G, B3G, Wireless LAN, dll) harus berjalan berdampingan (koeksistensi). Akibatnya diperlukan pengelolaan sumberdaya terkoordinasi lintas teknologi.
Standard IEEE 1900.4 merupakan bagian dari keluarga IEEE 1900 yang berisi berbagai dukungan untuk cognitive radio (CR), dynamic spectrum access (DSA), dan koeksistensi. Cognitive radio (CR) sering didefinisikan sebagai software-defined radio (SDR), yaitu saat perangkat radio mampu secara cerdas menentukan kebutuhan dan memilih sumberdaya radionya sesuai konteks. Sebelumnya, standard semacam WiFi (802.11), Zigbee (802.15.4), serta WiMAX (802.16) telah dilengkapi dengan level teknologi CR tertentu. Namun standard 802.22 akan menjadi standard internasional berbasis CR pertama. CR akan berkait erat dengan akses spektrum yang bersifat dinamis (DSA). Namun yang menarik tentu keterkaitan antara CR dan koeksistensi: pemilihan sumberdaya yang menentukan jenis akses radio sebuah komunikasi.
Kelompok kerja yang berfokus pada Dynamic Spectrum Access Networks (DSA) ini disebut IEEE Standards Coordinating Committee 41 (SCC41). Komite inilah yang mengerjakan standard IEEE 1900. Beberapa bagian dari standard itu adalah: IEEE 1900.1 menyusun konsep next generation radio systems dan spectrum management. IEEE 1900.2 merekomendasikan praktek koeksistensi dan interferensi. IEEE 1900.3 (target Feb 2011) mengevaluasi sistem radio dengan DSA. IEEE 1900.4 menyusun arsitektur sistem yang memungkinkan optimasi sumberdaya radio dalam jaringan heterogen. Kumpulan standard ini (lihat gambar) akan memungkinkan pengelolaan spektrum bersama antara jaringan yang paham CR dan yang belum paham CR.
Network reconfiguration management (NRM) berkomunikasi dengan terminal radio management (TRM) membentuk interoperabilitas antara jaringan2 radio tanpa infrastruktur. Perangkat yang komplian pada 1900.4 memungkinkan rekonfigurasi network dan terminal yang berikutnya memungkinkan pemindahan yang seharusnya tak terasa (seamless).
Direncanakan akan ada 1900.5 yang membahas bahasa policy, dan 1900.6 untuk RF sensing. Standar lain yang juga akan sudah mengadopsi soal CR, DSA, dan koeksistensi adalah 802.22 (Sep 2009), 802.19, 802.16h, 802.16m (atau disebut juga WiMAX II atau WiMAX next generation, Des 2009), serta 802.11y (Des 2009).
Standar IEEE 802.11 mendefinisikan Medium Access Control (MAC) dan Physical (PHY) untuk jaringan nirkabel. Standar tersebut menjelaskan jaringan local dimana peralatan yang terhubung dapat saling berkomunikasi selama berada dalam jarak yang dekat satu sama lain. Standar ini hampir sama dengan IEEE 802.3 yang mendefinisikan Ethernet, tapi ada beberapa bagian yang khusus untuk transmisi data secara nirkabel
Pada Standar 802.11 mendefinisikan tiga tipe dari physical layer seperti pada gambar diatas Frequency Hopping Spread, Spectrum (FHSS), Direct Sequence Spread Spectrum (DHSS) dan infra merah. Infra merah jarang sekali dipakai karena jangkauannya yang sangat dekat. Tidak semua dari keluarga 802.11 menggunakan Physical Layer yang sama dan mendapatkan kecepatan transmisi data yang sama
802.11b paling banyak digunakan saat ini, karena cepat dan mudah diimplemtasikan, dan tersedia banyak sekali produk yang tersedia dipasaran. Mendukung kecepatan transmisi data sampai 11 Mbps, tetapi jika sinyal radio melemah, maka kecepatan akan diturunkan ke 5.5 Mbps, 2 Mbps, dan 1 Mbps untuk menjamin agar komunikasi tidak terputus. 802.11b seringkali disebut juga Wi-Fi (Wireless Fidelity) karena Wi-Fi Alliance yang bertanggung jawab untuk penngetesan dan sertifikasi untuk dapat bekerja dengan produk jaringan yang berdasarkan 802.11 lainnya
Arsitektur protocol 802.11
Arsitektur protocol 802.11 ditunjukkan seperti gambar-2 berikut ini.
Fungsi pokok pada Medium Access Control (MAC) layer 802.11adalah :
- Pengantar data-data yang reliable
- Pengontrol akses data
- Keamanan (security)
Sedangkan arsitektur detail dari frame Medium Access Control (MAC) 802.11 ditunjukkan pada gambar-3 berikut ini.
Dari frame MAC 802.11 diatas yang perlu diperhatikan adalah fungsi dari frame control. Karena dari frame control inilah kendali fungsi-fungsi pokok dari MAC dilakukan, termasuk dalam hal keamanan.
WEP (Wired Equivalent Privacy)
WEP (Wired Equivalent Privacy) adalah standar keamanan pada protokol 802.11, WEP mengenkripsi paket pada layer 2 OSI yaitu MAC (Media Access Control). Hanya Wireless Client yang mempunyai kunci rahasia yang sama dapat terkoneksi dengan akses poin. Setiap Wireless Client yang tidak mempunyai kunci rahasia dapat melihat lalu lintas data dari jaringan, tetapi semua paket data terenkripsi. Karena ekripsi hanya pada layer 2 (data link) maka hanya link nirkabel yang di proteksi. WEP mengenkripsi traffic data dengan menggunakan stream cipher yang disebut dengan RC4, metode enkripsinya adalah simetrik, dimana WEP menggunakan kunci yang sama baik untuk mengenkripsi data maupun untuk mendekripsi data. RC4 akan dibuat secara otomatis setiap paket data yang baru untuk mencegah masalah sinkronisasi yang disebabkan oleh paket yang hilang
Ping of Death menggunakan program utility ping yang ada di sistem operasi komputer. Biasanya ping digunakan untuk men-cek berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan sejumlah data tertentu dari satu komputer ke komputer lain. Panjang maksimum data yang dapat dikirim menurut spesifikasi protokol IP adalah 65,536 byte. Pada Ping of Death data yang dikirim melebihi maksimum paket yang di ijinkan menurut spesifikasi protokol IP. Konsekuensinya, pada sistem yang tidak siap akan menyebabkan sistem tersebut crash (tewas), hang (bengong) atau reboot (booting ulang) pada saat sistem tersebut menerima paket yang demikian panjang. Serangan ini sudah tidak baru lagi, semua vendor sistem operasi telah memperbaiki sistem-nya untuk menangani kiriman paket yang oversize.
Teardrop
Teardrop adalah teknik yang dikembangkan dengan cara mengeksplotasi proses disassembly-reassembly paket data. Dalam jaringan Internet, seringkali data harus di potong kecil-kecil untuk menjamin reliabilitas & proses multiple akses jaringan. Potongan paket data ini, kadang harus dipotong ulang menjadi lebih kecil lagi pada saat di salurkan melalui saluran Wide Area Network (WAN) agar pada saat melalui saluran WAN yang tidak reliable proses pengiriman data menjadi lebih reliable. Pada proses pemotongan data paket yang normal setiap potongan di berikan informasi offset data yang kira-kira berbunyi “potongan paket ini merupakan potongan 600 byte dari total 800 byte paket yang dikirim”. Program teardrop akan memanipulasi offset potongan data sehingga akhirnya terjadi overlapping antara paket yang diterima di bagian penerima setelah potongan-potongan paket ini di reassembly. Seringkali, overlapping ini menimbulkan system yang crash, hang & reboot di ujung sebelah sana.
SYN Attack
Kelemahan dari spesifikasi TCP/IP, dia terbuka terhadap serangan paket SYN. Paket SYN dikirimkan pada saat memulai handshake (jabat tangan) antara dia aplikasi sebelum transaksi / pengiriman data dilakukan. Pada kondisi normal, aplikasi klien akan mengirimkan paket TCP SYN untuk mensinkronisasi paket pada aplikasi di server (penerima). Server (penerima) akan mengirimkan respond berupa knowledgement paket TCP SYN ACK. Setelah paket TCP SYN ACK di terima dengan baik oleh klien (pengirim), maka klien (pengirim) akan mengirimkan paket ACK sebagai tanda transaksi pengiriman / penerimaan data akan di mulai. Dalam serangan SYN flood (banjir paket SYN), klien akan membanjiri server dengan banyak paket TCP SYN. Setiap paket TCP SYN yang dikirim akan menyebabkan server menjawab dengan paket TCP SYN ACK. Server (penerima) akan terus mencatat (membuat antrian backlog) untuk menunggu responds TCP ACK dari klien yang mengirimkan paket TCP SYN.
Tempat antrian backlog ini tentunya terbatas & biasanya kecil di memori. Pada saat antrian backlog ini penuh, sistem tidak akan merespond paket TCP SYN lain yang masuk dalam bahasa sederhana-nya sistem tampak bengong / hang. Sialnya paket TCP SYN ACK yang masuk antrian backlog hanya akan dibuang dari backlog pada saat terjadi time out dari timer TCP yang menandakan tidak ada responds dari klien pengirim. Biasanya internal timer TCP ini di set cukup lama. Kunci SYN attack adalah dengan membanjiri server dengan paket TCP SYN menggunakan alamat IP sumber (source) yang kacau. Akibatnya, karena alamat IP sumber (source) tersebut tidak ada, jelas tidak akan ada TCP ACK yang akan di kirim sebagai responds dari responds paket TCP SYN ACK.
Dengan cara ini, server akan tampak seperti bengong & tidak memproses responds dalam waktu yang lama. Berbagai vendor komputer sekarang telah menambahkan pertahanan untuk SYN attack & juga programmer firewall juga menjamin bahwa firewall mereka tidak mengirimkan packet dengan alamat IP sumber (source) yang kacau.
Land Attack
Pada
Smurf Attack
Smurf Attack jauh lebih menyeramkan dari serangan Smurf di cerita kartun. Smurf attack adalah serangan secara paksa pada fitur spesifikasi IP yang dikenal sebagai direct broadcast addressing. Seorang Smurf hacker biasanya membanjiri router kita dengan paket permintaan echo Internet Control. Message Protocol (ICMP) yang kita kenal sebagai aplikasi ping. Karena alamat IP tujuan pada paket yang dikirim adalah alamat broadcast dari jaringan anda, maka router akan mengirimkan permintaan ICMP echo ini ke semua mesin yang ada di jaringan. Kalau ada banyak host di jaringan, maka akan terhadi trafik ICMP echo respons & permintaan dalam jumlah yang sangat besar. Lebih sial lagi jika si hacker ini memilih untuk men-spoof alamat IP sumber permintaan ICMP tersebut, akibatnya ICMP trafik tidak hanya akan memacetkan jaringan komputer perantara saja, tapi jaringan yang alamat IP-nya di-spoof, jaringan ini di kenal sebagai jaringan korban (victim).
Untuk menjaga agar jaringan kita tidak menjadi perantara bagi serangan Smurf ini, maka broadcast addressing harus di matikan di router kecuali jika kita sangat membutuhkannya untuk keperluan multicast, yang saat ini belum 100% di definikan. Alternatif lain, dengan cara memfilter permohonan ICMP echo pada firewall. Untuk menghindari agar jaringan kita tidak menjadi korban Smurf attack, ada baiknya kita mempunyai upstream firewall (di hulu) yang di set untuk memfilter ICMP echo atau membatasi trafik echo agar presentasinya kecil dibandingkan trafik jaringan secara keseluruhan.
UDP Flood
UDP Flood pada dasarnya mengkaitkan dua (2) sistem tanpa disadarinya. Dengan cara spoofing, User Datagram Protocol (UDP) flood attack akan menempel pada servis UDP chargen di salah satu mesin, yang untuk keperluan “percobaan” akan mengirimkan sekelompok karakter ke mesin lain, yang di program untuk meng-echo setiap kiriman karakter yang di terima melalui servis chargen. Karena paket UDP tersebut di spoofing antara ke dua mesin tersebut, maka yang terjadi adalah banjir tanpa henti kiriman karakter yang tidak berguna antara ke dua mesin tersebut. Untuk menanggulangi UDP flood, anda dapat men-disable semua servis UDP di semua mesin di jaringan, atau yang lebih mudah memfilter pada firewall semua servis UDP yang masuk. Karena UDP dirancang untuk diagnostik internal, maka masih aman jika menolak semua paket UDP dari Internet. Tapi jika kita menghilangkan semua trafik UDP, maka beberapa aplikasi yang betul seperti RealAudio, yang menggunakan UDP sebagai mekanisme transportasi, tidak akan jalan.
Hingga saat ini standar 802.11 masih terus dikembangkan oleh IEEE, mereka membentuk kelompok-kelompok kerja yang masing-masing memiliki tujuan tersendiri dalam mengembangkan berbagai aspek dari teknologi ini, grup-grup ini dinamai berdasarkan dengan abjad yang ada dibelakang, contohnya 802.11x.
Berbagai jenis standar 802.11 ini:
a. 802.11 (Tahun 1997)
Standar ini merupakan generasi pertama dari teknologi Wireless LAN yang bertujuan untuk mengembangkan spesifikasi Medium Access Control (MAC) dan Physical Layer (PHY) untuk hubungan nirkabel bagi terminal tetap, portabel, dan bergerak dalam lokal area. Bekerja pada frekuensi 2.4 GHz, menspesifikasikan tiga macam physical layer yaitu:
a. Frequency Hopping Spreadü Spectrum (FHSS)
b. Direct Sequence Spreadü Spectrum (DSSS)
c. Infra Merah/Infra Red (IR)ü
802.11 memiliki dua kecepatan 1 Mbps, menggunakan modulasi Differential Binary·transmisi yaitu: Phase Shift Keying (DBPSK). 2 Mbps, menggunakan modulasi Differential Quadrature Phase Shift Keying (DQPSK).
b. 802.11a (Tahun 1999)
Standar ini mengunakan pita frekuensi baru untuk jaringan Wireless LAN dengan peningkatan kecepatan transfer data hingga 54 Mbps dengan digunakannya teknik modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Standar 802.11a ini menggunakan pita gelombang Unlicensed National Information Infrastructure (UNII) yang mulai banyak digunakan di berbagai bidang teknologi nirkabel, pita ini dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda yaitu: UNII-1 dengan frekuensi pada 5.2 GHz. UNII-2 dengan frekuensi pada 5.7 GHz. UNII-3 dengan frekuensi pada 5.8 GHz.
802.11a sering dianggap sebagai pendahulu 802.11b, ini merupakan salah pengertian karena sebenarnya 802.11b merupakan generasi kedua dan 802.11a merupakan generasi ketiga, 802.11a sendiri masih menggunakan MAC yang sama seperti pada 802.11 maupun 802.11b sedangkan perbedaan hanya terdapat pada physical layer-nya saja.
c. 802.11b (Tahun 1999)
Standar ini masih bekerja pada frekuensi 2.4 GHz seperti 802.11 namun memberikan peningkatan kecepatan transfer 5.5 Mbps dan 11 Mbps, ini dimungkinkan dengan penggunaan teknik modulasi Complementary Code Keying (CCK), standar ini hanya menspesifikasikan penggunaan DSSS saja, karena FHSS dan infra merah tidak mampu memenuhi tuntutan kecepatan untuk masa depan. Standar ini disebut juga 802.11 High Rate (HR).
d. 802.11c (Tahun 1998)
Grup kerja ini menambahkan dukungan terhadap layanan sublayer internal (Internal Sublayer Service) pada prosedur MAC untuk dapat menjembatani operasi antar MACMAC 802.11.
e. 802.11d (Tahun 2001)
Penambahan grup ini akan bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan layer physical seperti pengaturan kanal, pola loncatan sinyal, pemberian atribut pada MIB (Management Information Base), dan berbagai kebutuhan lainnya untuk menyesuaikan operasi Wireless LAN pada negara-negara yang berbeda
f. 802.11e
Grup kerja ini bertugas meningkatkan kualitas 802.11 (baik a, b, maupun g) agar menyamai kualitas layanan dari ethernet, menambahkan Class of Service dan mengefisienkan protokol yang akan mendongkrak kecepatan total dari sistem dalam menangani aplikasi seperti audio, video, multimedia streaming melalui jaringan nirkabel.
g. 802.11f
Grup kerja ini bekerja untuk menyamakan aturan-aturan yang digunakan untuk Inter-Access Point Protocol (IAPP) yaitu agar berbagai access point dari vendor yang berbeda dapat bekerja sama pada sistem nirkabel terdistribusi yang mendukung 802.11, sehingga terminal-terminal yang menggunakan adapter Wireless LAN dapat melakukan roaming antar access point.
h. 802.11g
Standar 802.11g atau yang juga disebut dengan 802.11b extended meningkatkan kecepatan transfer data hingga 54 Mbps pada pita gelombang 2.4 GHz. Pada awalnya terdapat perbedaan pendapat tentang teknik modulasi yang akan digunakan oleh standar ini, namun akhirnya diputuskan penggunaan teknik modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan alternatif penggunaan modulasi Packet Binary Convolution Coding (PBCC).
i. 802.11h
Grup kerja ini mengembangkan standar untuk penggunaan tenaga baterai dan daya transmisi sinyal radio, juga pemilihan kanal komunikasi yang dinamis. Dibentuknya kelompok kerja ini disebabkan oleh kebutuhan umur pemakaian baterai yang lebih lama dan adanya peraturan Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP) di setiap negara.
j. 802.11i
Kelompok kerja ini difokuskan untuk mengembangkan protokol keamanan data dan otentikasi pengguna dari seluruh standar 802.11. Standar keamanan 802.11ib adalah Wired Equivalent Privacy (WEP) yang merupakan teknik enkripsi data menggunakan algoritma RC4 dengan panjang kunci 64 atau 128 bit. Algoritma ini telah diketahui memiliki kelemahan yang memungkinkan jaringan untuk disadap dan diserang.
k. 802.11j
Kelompok kerja ini menstandarisasi penggunaan frekuensi 5 GHz untuk berbagai teknologi jaringan nirkabel seperti IEEE, ETSI Hyperlan2, ARIB, HiSWANa. Dari berbagai jenis pengembangan standar IEEE 802.11 yang ada diatas, terdapat empat standar utama yang lebih atau akan populer yaitu 802.11, 802.11b, 802.11a, dan 802.11g.
Standar 802.11a memiliki performa lebih baik dan dapat memenuhi kebutuhan bandwidth di masa mendatang, namun 802.11a juga memiliki beberapa kekurangan bila dibandingkan dengan 802.11b, karena menggunakan frekuensi yang lebih tinggi membuat jangkauan jaraknya relatif lebih pendek yaitu sekitar 50 meter dibandingkan dengan 100 meter pada 802.11b, gelombang 5 GHz juga relatif lebih sulit menembus benda-benda padat. Kekurangan yang lain dari standar 802.11 ini yaitu karena 802.11b dan 802.11a menggunakan teknik radio dan modulasi yang berbeda maka keduanya tidak dapat saling berkomunikasi. Karena itu IEEE membentuk grup kerja IEEE 802.11g yang bekerja untuk meningkatkan kecepatan transfer data pada frekuensi 2.4 GHz hingga 54 Mbps sehingga memiliki transfer data setara dengan 802.11a namun tidak memiliki kekurangan dalam masalah jarak jangkauan, serta masih kompatibel dengan peralatan yang menggunakan standar 802.11b.








